BAB I
KATA
PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat serta
hidayahNYA, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah Ilmu Peternakan Uum dengan judul Peranan Ternak sebagai Sumber Pakan Hewani dengan baik, meskipun
masih ada kekurangannya.
Tujuan dari penyusunan makalah dengan judul
Peranan Ternak sebagai Sumber Pakan Hewani ini adalah sebagai syarat dan tugas
Ujian Tengah Semester (UTS) dan sebagai bacaan yang semoga bermanfaat bagi
masyarakat.
Penulis ucapkan banyak terima kasih atas
terselesaikannya tugas makalah ini kepada Bp. Ir. Warsono Sarengat ,MS yang telah membimbing penulis dalam mata kuliah Ilmu Peternakan Umum.Tanpa ilmu yang telah Bapak berikan penulis
tidak dapat mengerjakan makalah ini. Tidak lupa pula ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik materi
maupun immateri dalam penulisan makalah ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, apabila terdapat beberapa hal yang
kurang berkenan Penulis mohon maaf. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membanguun demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang,15 Oktober 2012,
Penulis
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara dengan
luas wilayah terbesar se-Asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220
juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per tahun merupakan negara
yang mempunyai beraneka ragam kekayaan alam. Kekayaan alam tersebut bukan hanya
terdapat pada sektor kekayaan alam migas seperti minyak bumi dan bahan tambang
saja, namun juga kekayaan alam non-migas seperti tersedianya lahan pertanian
yang cukup luas. Namun semua itu ternyata belum cukup untuk memberikan solusi
atas permasalahan yang ada, permasalahan seperti kurang memadainya kebutuhan
pangan, jika kekayaan tersebut tidak diberdayakan secara optimal dan
dilandaskan oleh aturan dan kebijakan yang mendukung didalamnya.
Salah satu permasalahan yang paling crusial adalah pemenuhan kebutuhan pangan, terutama kebutuhan protein hewani. Pemenuhan kebutuhan pangan ini sangat erat hubungannya dengan sektor pertanian dalam arti yang luas, sehingga tidak heran jika pertanian menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu sektor dari pertanian tersebut adalah sub sektor peternakan.
Salah satu permasalahan yang paling crusial adalah pemenuhan kebutuhan pangan, terutama kebutuhan protein hewani. Pemenuhan kebutuhan pangan ini sangat erat hubungannya dengan sektor pertanian dalam arti yang luas, sehingga tidak heran jika pertanian menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu sektor dari pertanian tersebut adalah sub sektor peternakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tantangan Sektor Peternakan di Era Globalisasi
Era globalisasi perdagangan yang merupakan
pemberlakuannya perdagangan bebas antar negara menjadi tantangan baru dalam
pembangunan peternakan, disamping sederetan persoalan peternakan yang melanda
negara ini. Dalam globalisasi perdagangan, produksi peternakan dalam negeri
harus mampu bersaing dengan produksi peternakan dari berbagai negara. Sehingga
dapat dibayangkan betapa ketatnya persaingan antar produksi dalam mencari
pangsa pasar (market segmention). Bahkan anekdot siapa yang kuat
pasti dapat; seperti halnya hukum rimba, merupakan keniscayaan yang suka atau
tidak suka akan dihadapi oleh pelaku industri peternakan bangsa ini.
Persaingan mendapatkan bahan baku produksi dan lahan
peternakan juga merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian serius
dari pemerintah dan pelaku peternakan dalam memajukan peternakan nasional di
era globalisasi perdagangan. Belum lagi masalah penyakit ternak atau hewan
menular lainnya.
B. Peran Sektor Peternakan
Hampir diseluruh daerah di Indonesia kita temukan
peternakan, baik peternakan yang berskala kecil maupun peternakan yang berskala
besar. Bahkan menurut menteri pertanian (Mentan) Anton Apriyantono sub sektor
peternakan telah menjadi salah satu sumber pertumbuhan yang tinggi disektor
pertanian. Sejak tahun 2003 sub sektor ini telah mampu bangkit dari terpaan
krisis tahun 1998-1999. level produksi seluruh komoditas peternakan sudah
melampaui level tertinggi periode sebelum krisis. Kemampuan peternakan untuk eksis
dalam menghadapi badai krisis ekonomi ini dapat pula dilihat pada tahun
2000-2003, laju peningkatan produksi ayam broiler dan petelur berturut-turut
mencapai 23,4 dan 10,27 persen pertahun, padahal saat krisis ekonomi pernah
mengalami penurunan yang sangat tajam, yaitu masing-masing 28,23 dan 8,92
persen per tahun. Bahkan peternakan mampu membuka lapangan pekerjaan kepada
2,54 juta masyarakat Indonesia yang bekerja disektor ini, yang tersebar baik di
pedesaan maupun di perkotaan. Sehingga sektor ini diharapkan dapat menekan
angka kemiskinan yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk
miskin di Indonesia pada medio tahun 2006 saja mencapai 3,95 juta orang.
C. Permasalahan
Penyediaan Pangan di Indonesia
1. Konsumsi Hasil Ternak
Masyarakat Indonesia Tingkat konsumsi hasil ternak bagi masyarakat Indonesia,
dinilai masih jauh dibawah kecukupan gizi yang dianjurkan. Berdasarkan analisis
dari Pola Pangan Harapan (PPH), tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan
protein asal ternak baru mencapai 5,1 g/kap/hr yang setara dengan konsumsi susu
7,5 kg/kap/th, daging 7,7 kg/kap/th, dan telur 4,7 kg/kap/th (Dirjen Bina
Produksi Peternakan, 2004). Tingkat konsumsi protein hasil ternak tersebut
terhitung kecil dibanding jumlah konsumsi protein (total nabati dan hewani)
yang ianjurkan sebesar 46,2 g/kap/hr (Tranggono, 2004). Sebagai
pembanding, konsumsi susu di Amerika, Jepang dan beberapa negara Eropa sudah lebih
dari 80 kg/kap/th. Konsumsi susu beberapa Rendahnya Konsumsi Pidato Pengukuhan
Guru Besar Universitas Diponegoro 7 negara ASEAN juga relatif tinggi, yaitu
Philippina 18,8 kg/kap/th, Malaysia 22,5 kg/kap/th, Thailand 28,0 kg/kap/th dan
Singapura 32 kg/kap/th (Haryono, 2007).
2. Kondisi Peternakan dan
Industri Pengolahan Peternakan di Indonesia hingga saat ini didominasi
peternakan rakyat berskala kecil dan belum maju. Banyak
masyarakat-masyarakat yang memelihara ternak dengan skala kecil dikarenakan
kurangnya modal mereka. Hal tersebut mempengaruhi industry pengolahan hewan
ternak. Lebih khusus lagi kondisi industri pengolahan pangan
dan hasil ternak dominan berskala kecil. Pada tahun 2000 terdapat sekitar
916.182 industri makanan dan minuman di Indonesia, 5.612 (0,61%) industri skala
besar dan menengah, 82.430 9,11%) industri skala kecil, dan 828.140
(90,28%) industri rumah tangga (Darmawan, 2001).
BAB III
PENUTUP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar