Harga Emas dan Perak Jakarta

Minggu, 26 Mei 2013

SKARIFIKASI UJI MUNCIL TANAH

BAB I
PENDAHULUAN
               Perkecambahan merupakan suatu aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat dari suatu embrio dalam perkembangan biji menjadi tanaman muda.Kecepatan perkecambahan banyak dipengaruhi oleh serapan air, aktivitas enzim, pertumbuhan embrio, pecahnya kulit, terbentuknya tanaman kecil dan usaha memperkuat tanaman kecil tersebut. Perkecambahan biji tergantung viabilitas benih, kondisi lingkungan dan usaha pemecahan dormansi. Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman atau simbol dari suatu permulaan dan merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dengan kegunaan terpentingnya sebagai penyambung dari kehidupan suatu tanaman.
               Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak dengan materi Skarifikasi dan Uji Muncul Tanah bertujuan agar praktikan mengetahui efek scarifikasi dan kedalaman terhadap presentasi muncul tanah berbagai leguminosa pakan, praktikan mampu melakukan scarifikasi.Manfaat praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui efek skarifikasi terhadap proses perkecambahan dan efek terhadap presentasi muncul tanah.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.         Skarifikasi
Skarifikasi adalah usaha memecah dormasi benih yang bertujuan untuk menghilangkan sifat dormansi fisik benih terhadap gas dan air sehingga mempercepat perkecambahan (Harjadi, 2002). Skarifikasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu mekanik, fisik dan kimiawi. Tujuan skarifikasi dapat untuk memberantas penyakit menular yang berada dalam benih. Perlakuan sejumlah biji dengan H2SO4 atau pengikisan mekanis yang dikenal sebagai skarifikasi. Dengan menggunakan scarifikasi, akan dapat dijamin bahwa hanya sedikit saja biji yang mempertahankan kondisi keras pada biji tersebut (Peter et al., 2002).

2.1.1.      Perlakuan Fisik
Skarifikasi secara fisik adalah memecah dormasi benih menggunakan suhu yang tinggi sehingga dormasi benih dapat pecah. Beberapa jenis benih kadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih (Schmidt,2002). Biji legum mudah menurunkan daya kecambahnya terutama daya kecambahnya terutama bila kadar air dalam biji diatas 13% dan disimpan dalam ruangan yang suhunya 250C serta kelembaban diatas 80%  (Hasanah dan Rusmin, 2006).

2.1.2.      Perlakuan kimia
Skarifikasi secara kimia adalah pemecahan dormasi benih menggunakan unsur kimia yaitu dengan menggunakan H2SO4. Perendaman menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji mejadi permeabel terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode yang pendek Soemarsono (2002). Skarifikasi dengan menggunakan H2SO4 96% memberikan hasil paling rendah pada perkecambahan.Perendaman yang kurang lama dapat menyebabkan kulit biji yang masih keras dan belum lunak, sedangkan apabila perandaman yang terlalu lama dapat menyebabkan biji yang menjadi terlalu lunak sehingga penyerapan air dan sirkulasi udara yang terlalu banyak (Sutopo, 2001).

2.1.3.      Perlakuan Mekanik
               Skarifikasi secara mekanik adalah pemecahan dormasi benih menggunakan penghalus atau amplas dengan mengikir atau menggosok kulit benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas Sutopo (2001). Pengamplasan yang terlalu halus, dapat menyebabkan kerusakan terhadap bakal biji, dijelaskan lebih lanjut pengamplasan yang kurang sempurrna dan pengamplasan yang tidak tepat pada mata biji atau pengamplasan yang tidak searah dapat menyebabkan kerusakan pada biji Sutopo (2001).

2.2.         Uji Muncul Tanah
               Tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi pencangkulan dan pembersihan lahan. Pencangkulan bertujuan untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkahan sehingga pengolahan lebih lanjut akan lebih mudah. Pembalikan tanah dan membiarkan tanah beberapa hari sebelum digemburkan akan mempercepat mineralisasi bahan organik, sehingga aktivitas mikroorganisme tanah bisa dipergiat (Sutopo, 2000). Kedalaman penanaman biji akan berpengaruh pada efektifitas dan kecepatan daya tumbuh biji yang akan berkecambah (Reksohadiprodjo, 2000). Radiasi ultra violet juga berpengaruh terhadap perkecambahan.Letak benih yang tertanam tersebut kurang mendapatkan sinar matahari, sehingga benih terlambat pertumbuhannya.Cahaya berpengaruh pada laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Peter et al., 2002).

2.3.         Benih
               Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman atau simbol dari suatu permulaan dan merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dengan kegunaan sebagai penyambung dari kehidupan tanaman (Harjadi, 2002). Benih juga merupakan alat untuk menyebar kehidupan baru dari suatu tempat ke tempat lain dengan kekuatannya sendiri dan dengan pertolongan manusia maupunhewan (Kamil, 2002).  Menurut strukturnya benih adalah suatu ovule atau bakal benih yang masak dan mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif (gamet) di dalam embrio serta cadangan makanan yang mengelilingi embrio (Sutopo, 2001). Perkembangan dengan benih merupakan cara umum dalam mengembangbiakan tanaman baik penyerbukan maupun silang dengan penyimpanan makanan dalam waktu yanglama (Setyati, 2000).
      Pertumbuhan benih  juga dipengaruhi oleh kedalaman tanah. Kedalaman akan mempengaruhi perkecambahan benih, jika benih ditanam terlalu dalam maka akan menghambat proses perkecambahan (Sutopo 2001). Suatu benih dikatakan sebagai benih dorman apabila benih dari tanaman tidak berkecambah meskipun ditempatkan pada kondisi lingkungan optimum. Banyak faktor penyebab dormasi, antara lain yaitu karena kulit benih yang tidak permeabel terhadap air maupun gas adanya penghambat kimiawi  dalam benih (Sutopo, 2001).
      Penggolongan benih dapat dilakukan dengan menggunakan ayakan atau berbagai peralatan mesin sederhana.Penggolongan tersebut dilaksanakan berdasarkan pada sifat-sifat morfologi benih atau fisiologi benih seperti dimensi benih atau berat jenis benih.   (Kamil, 2002). Keuntungan pembiakan dengan biji sangat banyak biasanya merupakan cara yang paling murah dalam pembiakan. Kerugian pembiakan dengan benih adalah segregasi secara genetik pada tanaman-tanaman yang bersifat heterozigot dan jangka waktu yang sangat lama sejak biji sampai tanaman dewasa pada tanaman tertentu (Setyowati, 2003).


2.3.1.      Sentro (Centrocema pubescens)
Centrosema pubescens merupakan legum yang berasal dari Amerika Selatan. Siklus hidupnya perenial. Ciri-ciri dari legum ini adalah daun trifoliat, lebih runcing dibandingkan dengan puero dan kalopo (Soemarsono, 2002). Sifat tumbuhnya membelit, menjalar atau memanjang. Bunganya berbentuk kupu-kupu besar dan berwarna ungu muda kemerahan (Soegiri et al., 2002).
Centrosema pubescens tumbuh di daerah tropika. Curah hujan lebih dari 1000 mm/tahun. Pertumbuhannya jelek karena tidak tahan dingin. Centrosema pubescens tahan musim kemarau yang panjang dan toleran terhadap drainase yang jelek. Legum ini responsif terhadap pupuk P (Sutopo, 2001). Perkembangbiakan sentro dengan bahan tanam biji 1 - 6 kg/ha. Pertumbuhan kecambah tidak tahan naungan, tetapi tahan naungan pada fase dewasa. Sentro berfungsi sebagai penutup tanah bersama puero dan calopo. Tahan grazing berat dicampur dengan Guinea, Napier, Pangola dan  Para (Soegiri et al., 1992).

2.3.2.   Puero (Pueraria phaseoloidse)
Legum ini disebut juga puero, tropikal kudzu, kacang ruji (Jawa) yang berasal dari India timur dan siklus hidupnya perennial. Ciri-ciri legum ini adalah tumbuh merambat, membelit, memanjat, sifat perakarannya (pada buku) dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, warna bunga ungu kebiruan (Reksohadiprojo, 2000)..Adaptasi legum ini adalah tumbuh di daerah tropika, curah hujan mencapai  lebih dari 1270 mm/th, ketinggian 0 - 1.000 m, suhu sedang sampai dengan tinggi, tidak tahan suhu rendah, tetapi tahan musim kering panjang, kisaran tanah luas, tanah masam miskin Ca dan P, responsif terhadap pupuk P, sebagai legum pioner, tahan genangan air (Harjadi, 2002).

2.3.4.      Kalopo (Calopogonium mucunoides)
   Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan dengan siklus hidup perennial.  Ciri- ciri tanaman ini adalah tumbuh membelit, merambat serta memanjat. Pada daun dan batang yang muda berbulu, sehingga tanaman ini kurang disukai ternak. Bentuk daunnya trifoliat dengan bentuk bunga kecil berwarna ungu (Soemarsono, 2002). Adaptasi tanaman  ini  dengan tumbuh  didaerah  tropik ketinggian 200 - 1000 m dpl dengan curah hujan 1000 - 1400 mm/th. Tanaman ini merupakan legum pioner  yang tidak tahan dingin, dapat tumbuh pada daerah yang lembab serta tidak tahan terhadap penggembalaan berat dan dikembangbiaakkan  dengan  biji 5 - 8 kg/ha (Maryani, 2008).
               Pertumbuhan benihkalopo tidak tahan terhadap naungan yang lebat dan terlalu lembab (Susilo, 2001). Kalopo memiliki batang lunak ditumbuhi bulu-bulu panjang berwarna cokelat dan daunnya ditutupi oleh bulu halus berwarna cokelat keemasan, sehingga kurang disukai oleh ternak bila dibandingkan dengan jenis legum lainnya (Sutopo, 2001). Kalopo juga mempunyai akar yang keluar dari setiap buku batangnya sehingga baik sekali jika digunakan sebagai tanaman penutup.
BAB III
MATERI DAN METODE
               Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak dengan materi skarifikasi dan uji muncul tanah dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 12 April sampai dengan 26 April 2013 pukul 07.00 - 09.45 WIB di Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.         Materi
               Bahan yang digunakan dalam skarifikasi adalah benih puero, centro dan kalopo masing-masing benih sebanyak 40 biji, air panas suhu 60o C, larutan H2SO4 96%,tisu, tanah dan air. Alat yang digunakan adalah gelas ukur, cawan petri, saringan, amplas, semprotan air, pot dan bak kecambah.

3.2.         Metode



3.2.1.      Skarifikasi
               Skarifikasi menggunakan tiga metode yaitu secara fisik, kimia dan mekanik.Skarifikasi dengan metode fisik dilakukan dengan memasukkan 40 biji puero (untuk uji kecambah 20 biji dan uji muncul tanah 20 biji) kedalam air panas dengan suhu 60° C selama 10 menit dan dialiri dengan air dingin setelah itu meniriskan. Skarifikasi dengan metode kimiawi dengan merendam 40 benih puero (untuk uji kecambah 20 biji dan uji muncul tanah 20 biji) kedalam larutan H2SO4 96% pekat selama 15 menit dan dialiri dengan air dingin setelah itu ditiriskan. Skarifikasi dengan metode mekanik dilakukan dengan mengamplas 40 benih puero (untuk uji kecambah 20 biji dan uji muncul tanah 20 biji) pada bagian luar benih di bagian mata bijinya supaya bahan–bahan yang diperlukan untuk tumbuh seperti air, mineral dan oksigen dapat terserap dengan baik, kemudian untuk uji kecambah meletakkan masing–masing biji puero yang sudah diskarifikasi dengan tiga cara tresebut ke bak kecambah yang diatasnya diletakkan tisu yang telah dibasahi dengan air supaya lembab. Mengamati pertumbuhan biji yang telah diskarifikasi dengan menghitung jumlah biji yang berkecambah selama 14 hari.

3.2.2.      Uji Muncul Tanah
               Metode pada uji muncul tanah, masing–masing tanaman yang sudah diskarifikasi secara fisik, kimia dan mekanik.tersebut lalu ditanam dalam pot yang sudah diberi tanah.
            Menempatkan dalam suhu kamar, mengamati dan mencatat jumlah biji yang berkecambah dan biji yang tumbuh dari dalam tanah setiap hari sampai hari ke-14 dengan melakukan penyiraman setiap harinya serta menghitung daya perkecambahan. Benih yang tidak berkecambah dianggap mati kemudian menghitung persentase perkecambahannya, Vigor Index, dan Coefisien Vigor.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Perkecambahan
4.1.1.   Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik
Tabel 1. Perkecambahaan dengan Skarifikasi Uji Fisik
Jenis Legum
IV
CV
Rata-rata Kecambah
Sentro
4,7
        25,8
0,8
Puero
0,402
         10
0,2
Kalopo
1,6
        15,3
0,45
Sumber :Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Hasil praktikum diperoleh  data bahwa Index Virgor dengan perlakuan fisik adalah 0,402, pada puero 4,7, sentro dan pada kalopo 15,3. Coefisien Virgor dengan perlakuan fisik adalah10 pada puero, 25,8 pada sentro dan pada kalopo 15,3. Jumlah rata-rata perkecambahan dengan perlakuan fisik adalah 0,8%, pada puero 0,2%, dan pada kalopo 0,45%.  Perlakuan skarifikasi dengan air panas pada suhu 60oC, menghasilkan persentase daya kecambah yang rendah dikarena cepatnya biji berkecambah dipengaruhi oleh faktor suhu dan pengaruh cahaya, kecepatan berkecambahan akan meningkat dengan meningkatnya temperatur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukamto (2006) yang menyatakan bahwa biji legum mudah menurunkan daya kecambahnya terutama daya kecambahnya terutama bila kadar air dalam biji diatas 13% dan disimpan dalam ruangan yang suhunya 250C serta kelembaban diatas 80%. Cara fisik terendah karena dipengaruhi penyerapan air oleh benih saat perendaman sehingga benih banyak yang busuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarsono (2002) yang menyatakan bahwa beberapa jenis benih kadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.

4.1.2.   Perkecambahan dengan Skarifikasi Kimia
Tabel 2. Perkecambahaan dengan Skarifikasi Uji Kimia
Jenis Legum
IV
CV
Rata-rata Kecambah
Sentro
3,55
30
0,6
Puero
0,763
       13,88
0,25
Kalopo
3,82
14,5
0,75
Sumber :Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.

Hasil praktikum diperoleh  data bahwa Index Virgor dengan perlakuan kimiawi adalah 0,763, pada puero ,3,55 pada sentro dan pada kalopo 3,82. Coefisien Virgor dengan kimiawi adalah 13,88, pada puero 30, dan pada kalopo 14,5. Rata-rata jumlah perkecambahan dengan perlakuan kimiawi adalah 0,25%, pada puero 0,6% pada sentro, dan pada kalopo 0,75%. Perlakuan skarifikasi menggunakan asam sulfat atau H2SO4 96% memberikan hasil yang cukup baik pada perkecambahan benih. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarsono (2002) yang menyatakan bahwa perendaman menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji mejadi permeabel terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode yang pendek. Perlakuan skarifikasi dengan menggunakan H2SO4 96% memberikan hasil paling rendah pada perkecambahan biji Centrosema pubescens, yaitu 32%. Hal ini mungkin disebabkan oleh lamanya perendaman dengan H2SO4 kurang lama atau terlalu lama, kondisi biji yang sudah tidak bagus dan kulit benih yang terlalu lunak.Hal ini sesuai dengan pendapat (Sutopo, 2001) yang menyatakan bahwa perendaman yang kurang lama dapat menyebabkan kulit biji yang masih keras dan belum lunak, sedangkan apabila perandaman yang terlalu lama dapat menyebabkan biji yang menjadi terlalu lunak sehingga penyerapan air dan sirkulasi udara yang terlalu banyak.

4.1.2.   Perkecambahan dengan Skarifikasi Mekanik
Tabel 3. Perkecambahaan dengan Skarifikasi Uji Mekanik
Jenis Legum
IV
CV
Rata-rata Kecambah
Sentro
2,01
31,58
             0,6
Puero
0,826
       15,78
             0,3
Kalopo
4,49
15,3
             0,8
Sumber :Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.

Hasil praktikum diperoleh  data bahwa Index Virgor dengan perlakuan mekanik adalah 0,826, pada puero 2,01, dan pada kalopo 4,49. Coefisien Virgor dengan perlakuan mekanik adalah 15,78 pada puero31,58, pada sentro dan pada kalopo15,3. Jumlah rata-rata perkecambahan dengan perlakuan mekanik adalah 0,3%, pada puero 0,6% pada sentro, dan pada kalopo 0,8%. Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa persentase skarifikasi dengan cara mekanik sangat baik karena pada benih dilakukan menggosok dengan menggunakan amplas untuk memecah dormansi benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas. Hal ini sesuai pendapat Sutopo (2001) yang menyatakan bahwa cara-cara mekanis yang dilakukan  adalah mengikir atau menggosok kulit biji yaitu dengan pisau atau amplas untuk memecah dormansi benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas. Hal ini tidak sesuai dengan pendaoa Sutopo (2001) yang menyatakan bahwa pengamplasan yang terlalu halus, hal ini dapat menyebabkan kerusakan terhadap bakal biji, dijelaskan lebih lanjut pengamplasan yang kurang sempurrna dan pengamplasan yang tidak tepat pada mata biji atau pengamplasan yang tidak searah dapat menyebabkan kerusakan pada biji.

4.2.      Uji Muncul Tanah
4.2.1.   Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Fisik
Tabel 4. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Fisik
Jenis Legum
IV
CV
Rata – Rata Kecambah
Sentro
2,016
50
             0,4
Puero
0,876
        10,4
             2,5
Kalopo
1,30
        11,4
             0,45
Sumber :Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.

Hasil praktikum diperoleh  data bahwa Index Virgor dengan perlakuan fisik  adalah 0,876 pada puero, 2,016 pada sentro, dan pada kalopo 1,30. Coefisien Virgor dengan perlakuan fisik adalah 50 pada puero,50 pada sentro, dan pada kalopo 11,4. Jumlah rata-rata uji muncul tanah dengan perlakuan fisik adalah 2,5% pada puero, 0,4% pada sentro, dan pada kalopo 0,45%. Cepatnya daya tingginya kecambah dengan cara fisik (H2O) dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : faktor suhu dan pengaruh cahaya, kecepatan berkecambahan akan meningkat dengan meningkatnya temperatur lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo (2001) yang menyatakan bahwabiji legum mudah menurunkan daya kecambahnya terutama daya kecambahnya terutama bila kadar air dalam biji diatas 13% dan disimpan dalam ruangan yang suhunya 250C dan kelembaban diatas 80%. Ditambah pendapat(Peter et al., 2002) yang menyatakan bahwa cahaya berpengaruh pada laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

4.2.1,   Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Kimia
Tabel 5. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Kimia
Jenis Legum
IV
CV
Rata-rata Kecambah
Sentro
1,75
26
0,3
Puero
0,550
10,2
2,5
Kalopo
3,82
14,5
0,75
Sumber :Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.

Hasil praktikum diperoleh  data bahwa Index Virgor dengan perlakuan kimiawi adalah 0,55 pada puero,1,75 pada sentro, dan pada kalopo 3,82. Coefisien Virgor dengan perlakuan kimiawi pada adalah 10,2 pada puero, 26 pada sentro, dan pada kalopo 14,5. Jumlah rata-rata uji muncul tanah dengan perlakuan kimia adalah 2,5%, pada puero 0,3%, dan pada kalopo 0,75%. Skarifikasi dengan cara kimia sangat bagus karena dengan perendaman menggunakan asam sulfat pekat maka kulit biji menjadi permeabel terhadap air sehingga kulit pada benih mudah tumbuh dalam periode pendek. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarsono (2002) yang menyatakan bahwa perendaman menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji mejadi permeabel terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode yang pendek.

4.2.3.   Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik
Tabel 6. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik
Jenis Legum
IV
CV
Rata-rata Kecambah
Sentro
2,9
37,1
0,65
Puero
0,709
15
30
Kalopo
40,4
12,3
0,75
Sumber :Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.

Hasil praktikum diperoleh  data bahwa Index Virgor dengan perlakuan mekanik adalah 0,709 pada puero,2,9 pada sentro, dan pada kalopo 40,4. Coefisien Virgor dengan perlakuan mekanik pada adalah 15 pada puero, 37,1 pada sentro, dan pada kalopo 12,3. Jumlah rata-rata uji muncul tanah dengan perlakuan mekanik adalah 30%, pada puero,0,65% pada sentro, dan pada kalopo 0,75%. Persentasi skarifikasi dengan menggunakan cara mekanik sangat baik karena pada benih dilakukan menggosok dengan menggunakan amplas untuk memecah dormansi benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas. Hal ini sesuai pendapat Sutopo (2001) yang menyatakan bahwa cara-cara mekanis yang dilakukan  adalah mengikir atau menggosok kulit biji yaitu dengan pisau atau amplas untuk memecah dormansi benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas. Ditambah pendapat (Sutopo 2001) yangmenyatakan bahwa kedalaman akan mempengaruhi perkecambahan benih, jika benih ditanam terlalu dalam maka akan menghambat proses perkecambahan.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
Praktikum skarifikasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode skarifikasi secara mekanik memberikan dampak yang lebih baik terhadap perkecambahan dan uji muncul tanah daripada skarifikasi secara kimia dan secara fisik. Daya kecambah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat kemasakan biji, tingkat dormansi biji, temperatur lingkungan dan penyakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan kecambah ke permukaan tanah adalah ukuran biji dan kedalaman biji dalam tanah. Penyebab biji yang diskarifikasi tidak dapat berkecambah, antara lain biji yang sudah rusak dan cara skarifikasi yang salah.

5.2.      Saran
            Praktikan harus menyeleksi biji dengan benar sehingga menghasilkan benih yang bagus agar dapat tumbuh dengan baik juga. Praktikan juga harus selalu menyiram biji agar dapat berkecambah dengan maksimal.





DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, M.M. 2002. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kamil, S. 2002. Teknologi Benih I. Angkasa Raya, Bandung.

Maryani dan Irfandri. 2008. Pengaruh Skarifikasi dan Pemberian Giberellin            Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman Aren (Arenga pinnata). PT                       Rineka Cipta. Jakarta.

Peter, R. G. dan Fisher, H. M. 2002. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sastrapradja, K., dan J. J. Afriastini. 2002. Makanan Ternak. Lembaga Biologi Nasional LIPPI, Bogor.

Setyati, S. 2000. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta.

Setyowati, S. 2003. Pengantar Agronomi. Departemen Agraria Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soegiri, Ilyas. H. S. Damayanti. 1992. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

Soemarsono. 2002. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Penerbit Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. .

Susilo, H.  2001.  Fisiologi Tanaman Budidaya.  Indonesia University Press, Jakarta.
Sutopo, L. 2001. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar